Langsung ke konten utama

Beginilah Mahasiswa Ideal

Bismillahirrahmanirrahim..
            Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, assalatu wa salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du. Marhaban bikunna untuk para Mahasiswa Baru Indonesia angkatan 2016 di kampus masing-masing. Tak terasa akhirnya hari ini kita dapat merasakan suasana hiruk-piruk menjadi seorang mahasiswa. Hari ini pun merupakan momentum sejarah bagi para pejuang kampus merah. Mungkin beberapa dari kita, ada yang merasa kecewa ataupun sedikit sedih karena kampus ataupun jurusan yang didapatkan hari ini ternyata bukan impian kita.
            Ketahuilah, apa yang kita anggap baik belum tentu baik dimata Allah Azza wa Jalla, begitupun sebaliknya. Kampus maupun jurusan yang kita dapatkan hari ini tidak terlepas dari skenario Sang Pencipta. Ia merupakan lembaran takdir untuk kita. Maka seorang mahasiswa yang beriman dan bertaqwa akan mengucapkan “ Qadarallah.. Alhamdulillah” bukan justru menangisi kejadian ini hingga berlarut-larut. Keep smile and be grateful!
            Dan untuk Anda yang begitu merasa bangga karena berhasil menaklukkan kampus merah, tetap berhati-hati. Jangan sampai kita terjatuh dalam perkara ujub ataupun sombong.  Terlepas dari euforia ‘kemabaa-an’,status mahasiswa dapat menjadi peluang, namun dapat juga menjadi bumerang.
            Mengapa demikian? Status mahasiswa dapat menjadi peluang ketika kita benar-benar memanfaatkannya sesuai dengan koridor yang ada, yaitu kembali kepada nilai-nilai moral dan keislaman. Sedangkan, ia akan menjadi bumerang ketika kita tumbuh menjadi mahasiswa yang tak memiliki pendirian, suka ikut-ikutan, shock culture, bahkan tak memiliki prinsip sehingga sangat mudah untuk menerima hal-hal yang baru tanpa menimbang bahwa apa yang ia terima atau ikuti adalah sesuatu yang memang bermanfaat dalam meningkatkan kapabilitasnya sebagai penerus bangsa.
            Saat ini, kita memasuki fase yang jauh berbeda dari masa sekolah. Dunia kampus adalah dunia yang lebih menantang bahkan kamu akan bertemu dengan serentetan kasus yang tak terduga, aktivitas yang rumit dari biasanya,  tugas yang lebih sulit atau justru kamu akan terjebak dengan zona nyaman dari status barumu.
            Untuk itu,  kita harus siap siaga dalam menghadapi pertempuran di medan perkuliahan. Karena kita telah memutuskan untuk memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maka kita pun harus menerima segala konsekuensinya. Salah satunya adalah kita akan dituntut untuk bekerja dan hidup lebih mandiri, terlebih bagi kalian yang jauh dari orang tua.  Selain itu, bangku kuliah juga memiliki pola pembelajaran yang berbeda. Mahasiswa akan jauh lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih banyak presentasi dan berbicara dalam diskusi di kelas. Semakin mahasiswa aktif maka semakin banyak pula poin yang akan ia dapatkan. Sehingga, dosen lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
            Lantas, jurus seperti apa yang dapat kita terapkan untuk menaklukkan dunia perkuliahan? Jika Anda ingin menjadi seorang mahasiswa ideal, Anda harus mempersiapkan planning of action dari sekarang. Mulailah mendeteksi lingkungan kampus dengan menganalisa seluk-beluknya, mulai dari segi birokrasi, organisasi baik BEM/Himpunan/UKM, fasilitas yang dapat kamu manfaatkan, karakter mahasiswa di fakultasmu, dan lain-lain. Biasanya, mahasiswa baru yang memiliki keseriusan untuk mengejar cita-cita ditandai dengan antusiasnya ia dalam bertanya kepada orang-orang yang berkompeten.
            Orang berkompeten yang dimaksud diatas adalah mahasiswa yang dapat menyebarkan virus kebaikan kepada adik-adiknya, dapat memotivasi untuk berprestasi, mengajak kepada kebaikan dan menjauhi hal-hal yang merugikan, dan memang ia adalah mahasiswa panutan, baik tingkat jurusan, fakultas,  atau bahkan tingkat universitas. Jadi, Andalah yang harus bijak dalam memilih senior untuk dijadikan panutan sehingga dapat mendukung dunia perkuliahan Anda.
            Ada hal yang jauh lebih penting dan harus kita pahami secara seksama. Mungkin, kita bisa masuk kedalam barisan pertempuran, namun pertanyaannya mampukah kita bertahan dalam sebuah peperangan? Ketahuilah! Kampus tidak hanya memerlukan orang yang cerdas, tetapi membutuhkan seorang pejuang. Karena hanya orang yang bermental mujahidlah yang akan bertahan dalam mengarungi rintangan dengan segala huru-hara kampus. Oleh karena itu, jurus yang paling ampuh untuk mengakhiri peperangan dengan kemenangan adalah jangan pernah melupakan dzat yang Maha Pemberi Kekuatan, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
            Seorang mujahid akan berjuang dengan segala kemampuannya, namun doa adalah senjata utamanya. Jangan pernah bosan untuk memohon dan meminta pertolongan kepada-Nya. Milikilah sifat ksatria, seperti: berani, teguh dalam berpegang pada kebenaran, akhlak mulia, dan sedia berkorban di jalan kebajikan. Oleh karena itu, waspadalah terhadap sifat-sifat yang bertentangan dengannya, seperti: lemah hati, kurang sabar, menghindari forum yang sia-sia, dan akhlak buruk karena semua itu akan menghancurkan ilmu, menghalangi lidah dari berbicara kebenaran, dan menyebabkannya menyerah pada kekuasaan musuh, sementara pada saat bersamaan ia justru membakar wajah hamba-hamba Allah yang shalih dengan semburan angin panas.
            Masyaa Allah.. Sungguh Mahabenar Allah atas firman-Nya dalam Q.S Al Bayyinah [98] : 5 yang artinya “ Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…”. Berlomba-lomba dalam mengejar IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi dan berusaha untuk menjadi mahasiswa terbaik memang harus digelorakan pada pribadi setiap muslim agar apa yang kita raih juga dapat menjadi wasilah atau sarana untuk mendakwahkan islam di tengah maraknya fitnah dari musuh-musuh Allah Azza wa Jalla bahkan Rasulullah shalallaahu ‘alahi wa sallam pun merupakan sosok yang sangat mencintai prestasi.
            Tanyakan pada diri kita masing-masing, bukankah aneh ketika diri ini begitu bersemangat dalam mengejar prestasi yang dieluk-elukkan oleh manusia, namun ternyata kita justru lupa menjadi hamba yang terbaik di hadapan Allah? Apakah kita lupa akal yang kita gunakan saat berpikir diperoleh dari siapa? Lalu, kecerdasan dan intelektual yang kita agungkan, anugerah dari mana? Bukankah semuanya dari Allah?.
            Mahasiswa pemburu prestasi seolah-olah hanya fokus mengejar cita-cita duniawi, sibuk menyusun strategi karirnya, tertatih-tatih dalam membagi waktu antara urusan organisasi dan perkuliahaan, memberi perhatian lebih dalam membangun Indonesia hingga ia buta dalam setiap lembaran bukunya ada sebuah pengingat bahwa JADILAH MAHASISWA IDEAL UNTUK ALLAH!
            Jangan pernah mencukupkan diri hanya dengan prestasi duniawi, raihlah predikat mahasiswa ideal dengan mengedepankan prestasi di hadapan Allah. Sama halnya dengan kuliah, prestasi di hadapan Allah juga membutuhkan pembelajaran. Bagaimana caranya? Selain mempelajari ilmu pengetahuan di bangku kuliah, kita juga harus memiliki wawasan yang luas tentang agama Islam. Tentunya, belajar Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kemudian mengamalkan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkannya kepada orang lain. Selain itu, jangan pernah mengabaikan panggilan sholat. Berlomba-lombalah ke masjid disaat waktu sholat telah tiba bahkan melebihi semangat ketika  jadwal dosen dan mata kuliah favoritmu masuk. Aktivitas kampus yang bertumpuk menyita waktu sholatmu? Itu bukan mahasiswa ideal!
            Bagian inilah yang sering dilupakan atau malah tidak diketahui oleh mahasiswa bahwa shalat merupakan aktivitas untuk kembali menyegarkan pikiran kita ditengah serentetan aktivitas duniawi yang begitu melelehkan. Tapi ingat sholat adalah perkara ibadah yang wajib dilakukan oleh ummat muslim maka kita pun melakukkannya untuk Allah semata dan karena-Nya. Tips apalagi yang akan membuat kita semakin berprestasi dihadapan manusia dan Allah? Biasakanlah diri kita untuk membaca Al-Qur’an, baik ketika di rumah maupun di kampus.
            Al-Qur’an merupakan obat penawar (As-Syifa) yang akan menenangkan hati dan memberikan rasa ketentraman bagi setiap pembacanya. Maka jangan heran, jika ada teman kita yang terlihat begitu menikmati tugas yang bertumpuk, semangat mengerjakannya dibandingkan kita yang lebih sering mengeluh, ternyata penyebabnya karena ia rajin membaca Al-Qur’an.
            Cara berprestasi dihadapan Allah yang terakhir adalah jangan pernah ragu untuk mendudukkan diri kita pada majelis-majelis ilmu syar’i, mengikutkan diri pada orang-orang yang senantiasa menghidupkan rasa ingin tahunya untuk mengenal Allah dan Rasulullah dalam sebuah kelompok studi islam di masjid-masjid kampus, menambah wawasan tentang agama Allah melalui kajian-kajian ataupun seminar islam.
            Namun, ada baiknya kita menjadi pemburu ilmu yang selektif. Seperti pembahasan kita yang pertama, jangan suka ikut-ikutan karena ada pula gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam namun tuntunannya sangat jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jadi, lebih baik kita harus bertanya terlebih dahulu pada orang-orang yang dapat kita percaya dan orang-orang tersebut merupakan mahasiswa yang memang sering terlihat aktif menghidupkan dakwah di masjid. Baik itu, masjid di fakultas maupun masjid kampus. Mohonlah petunjuk dan lindungan dari Allah Azza wa Jalla sehingga kita selalu ditunjukkan jalan yang benar aamiin.
              Akhir kalam, menjadi mahasiswa ideal adalah bukanlah perkara yang mudah. Butuh banyak pengorbanan dan perjuangan didalamnya. Jika bermimpi setinggi langit, kita takkan pernah tahu sang pemimpi akan jatuh dibagian mana ketika ia gagal meraihnya. Entah jatuh diantara gugusan bintang ataukah ia akan langsung jatuh ke bumi hingga merasakan sakitnya jatuh diatas tanah. Saudaraku, ketahuilah Rasulullah shalallaahu ‘alahi wa sallam bersabdaTidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat dari Tuhannya hingga ia ditanya tentang empat perkara: [1] tentang usianya, untuk apa ia habiskan; [2] tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan; [3] tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan; [4] tentang ilmunya, apa yang telah ia lakukan dengan ilmu itu.” (HR. At-Tirmidzi).

            Jangan sampai kita hanya menjadi mahasiswa yang memiliki angan-angan hingga mengantarkan kita pada zona kenikmatan namun lupa bahwa setiap hembusan nafas di sepanjang usia manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Sudah siapkah laporan prestasi dunia dan akhirat kita untuk Allah di Padang Mahsyar?. Jangan sia-siakan masa mudamu, manfaatkanlah gelora semangat dan rasa ingin tahu yang besar pada hal-hal yang positif dan membawa keridhoan-Nya. Tinta emas yang kamu miliki sedang diperebutkan oleh orang-orang saat ini. Mahasiswa baru bagaikan kertas putih, jangan sampai kertas putih yang kamu miliki justru tak terhias dengan goresan pena emas melainkan ia menjadi lusuh, kusam, dan ternodai karena salah dalam memilih jalan dan mengambil keputusan. Keep Trying and Prying Wahai Pejuang Allah! 

Komentar