Bismillahirrahmanirrahim..
Segala puji bagi Allah atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga mampu membedakan antara yang haqq
dan bathil. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar
Muhammad shalallaahu ‘alahi wa sallam, keluarga, sahabat-sahabiyah, tabi’in,
tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang senantiasa mengikuti mereka sampai kelak
datangnya hari kiamat.
Apa kabar dengan jasad kita hari ini? Apakah ia dalam kondisi yang
bugar? Semoga saja. Lantas bagaimana dengan hati? Sehatkah ia seperti sehatnya jasad? Kokohkah ia sekokoh
badan ini berdiri tegap? Diantara tanda baiknya seorang muslim adalah meninggalkan
hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Waktunya diisi hanya dengan hal yang
bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Begitupun sebaliknya, tanda orang yang
tidak baik Islamnya ketika ia suka menghabiskan waktu pada perkara yang
membawanya kepada kemudharatan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad shalallaahu ‘alahi
wa sallam, beliau bersabda “ Diantara
kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yag tidak bermanfaat”.
(HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976, Syaikh Al Arbani mengatakan hadist
ini shahih). Apa yang kita miliki hari
ini, apa yang kita banggakan saat ini atau bahkan hal yang begitu kita
perebutkan, semuanya milik Allah. Semoga nikmat iman dan kesehatan yang entah
kita gunakan untuk apa hari ini akan menjadi nikmat yang tidak tersia-siakan. Pada
edisi kali ini, kami ingin mengangkat topik yang erat kaitannya dengan perkara
ibadah.. Meski ibadah telah menjadi rutinitas sehari-hari, namun tak dapat
dipungkiri bahwa ternyata beberapa ummat muslim menjadikan ibadah hanya sekedar
ritual dan gerakan yang jauh dari makna ibadah yang sebenarnya, terlebih karna
apa yang ia lakukan putus dari konsep keikhlasan dan tidak sesuai dengan yang
dicontohkan oleh Rasulullah. Maka, rasa nikmat dan lezatnya ibadah pun sulit
dirasakan.
Sesungguhnya amal shalih memiliki
sekian banyak buah di dunia maupun di akhirat. Diantara buahnya di dunia adalah
kenikmatan jiwa yang mengungguli segala bentuk kenikmatan. Lantas apakah rasa
lezat dan nikmat tersebut sama? Ibnu
Faris mengatakan, “ kata ladzdza
(kenikmatan) terdiri dari huruf lam dan dzal yang asal sebenarnya adalah satu.
Kata ini menunjukkan lezatnya rasa sesuatu”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan “ Setiap kecintaan dan kebencian akan diikuti oleh kenikmatan dan
kepedihan. Ketika memperoleh sesuatu yang dicintai, terdapat kenikmatan dan ketika kehilangannya terdapat kepedihan.
Sebaliknya, ketika memperoleh sesuatu yang dibenci, terdapat kepedihan dan
ketika bisa terbebas darinya terdapat kenikmatan. Kenikmatan terjadi setelah
mendapatkan sesuatu yang diinginkan, sedangkan kecintaan mendorong untuk
mendapatkannya”.
Kenikmatan
yang lahir dari amal shalih merupakan karunia dari Allah Subhana wa Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya
yang artinya; “Akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan
keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus” (Q.S Al
Hujurat/49:7). Sekarang, pertanyaannya adalah bagaimana agar seseorang
dapat merasakan kenikmatan ibadah?
Berikut beberapa sebab sekaligus tips untuk membantu antum dalam meraih
kenikmatan beramal shalih, yaitu sebagai berikut.
1. Merasa selalu diawasi Allah dan
mengikhlaskan amalan hanya untuk-Nya
Ibnul
Jauzi mengatakan “ Allah Azza wa Jalla
lebih dekat kepada hamba-Nya daripada urat nadi. Aka tetapi, Allah berhubungan
dengan hamba secara ghaib dan seakan-akan jauh darinya. Allah memerintahkan
untuk mengarahkan niat kepada-Nya, menengadahkan kedua tangan kepada-Nya dan
meminta kepada-Nya. Hati orang-orang yang jahil merasakan bahwa Allah itu jauh.
Oleh karena itu, diantara mereka ada yang terjerumus ke dalam kemaksiatan yang
jika mereka diawasi oleh orang yang hadir dan melihat, niscaya mereka akan
menahan diri dari kesalahan tersebut. Orang-orang yang sadar mengetahui kedekatan Allah dengan
hamba-Nya. Oleh karena itu, mereka selalu merasa diawasi Allah sehingga
perasaan ini menahan diri mereka dari kesibukan memerhatikan keadaan di luar
dirinya”.
Inilah prinsip dan kaidah secara
umum. Berapa banyak orang yang beribadah kepada Allah karena dia meninggalkan
prinsip dan menghancurkan kaidah dengan melanggar perintah dan mengerjakan
larangan. Sesungguhnya orang yang teliti adalah orang yang memegang ikatan
timbangan intropeksi diri, lalu dia menunaikan apa yang diperintahkan kepadanya
dan menjauhi apa yang dilarang darinya.
2. Melawan hawa nafsu
Allah
ta’ala berfirman dalam Q.S Al-Ankabut [29]:
69 yang artinya “ Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang baik.”
Adapun perkataan dari Abu Yazid “ Kukendalikan nafsuku agar melakukan
ketaatan kepada Allah, sementara ia menangis. Aku terus mengendalikannya hingga
ia terkendali. Setelah itu, baru nafsuku tertawa.”
3. Mentadabburi Al-Qur’an serta
mengenl asma’ dan sifat Allah
Imam
Ibnu Taimiyah mengatakan “ Setiap kali
seorang hamba merasakan kenikmatan shalat maka ketertarikannya pada shalat
semakin kuat. Ini terjadi sesuai kadar kekuatan iman. Faktor-faktor penyebab
kuatnya iman itu banyak. Sesungguhnya di dalam hati terdapat ma’rifatullah,
cinta kepada-Nya, takut terhadap-Nya, mengharap kepada-Nya, membenarkan
pemberitahuan-Nya, dan sebagainya. manusia berbeda-beda dan bertingkat-tingkat
dalam hal ini. Semua yang terdapat di dalam hati itu akan bertambah kuat setiap
kali seorang hamba mentadabburi Al-Qur’an
, memahami dan mengenal nama-nama, sifat-sifat , dan kebesaran Allah serta menyibukkan
diri dengan beribadah kepada-Nya………” (Majmu’ Al-Fatawa [22/606]
4. Memperbanyak amalan sunnah
Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallaahu ‘alahi wa sallam bersabda “
Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman, “
Barang siapa memusuhi wali-Ku maka Aku izinkan dia diperangi. Tidaklah hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amal lebih Aku sukai daripada jika dia
mengerjakan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Hambaku senantiasa mendekatkan
diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku
telah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia mendengar dengannya,
menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul
dengannya, dan sebagai kaki yang dia berjalan dengannya. Jika dia meminta kepada-Ku
pasti Aku beri dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti Aku lindungi.”
(HR. Bukhari)
5. Bersahabat dengan orang-orang
shalih dan bersaing dengan mereka dalam beramal shalih
Agama
seseorang tercermin dari teman sepergaulannya. Untuk itu, Rasululllah
memperingatkan kita agar menjadikan orang-orang shalih sebagai teman karib
karena mereka akan menjadi pengingat dan penambah semangat dalam beribadah.
Bersahabat dengan orang shalih juga akan memberikan dampak positif terhadap
proses perubahan seseorang dalam berhijrah.
6. Memperhatikan ibadah-ibadah
fardiyah (individu)
Diantara
contohnya adalah qiyamul lail, I’tikaf, dan
berdzikir kepada Allah ketika sedang menyendiri. Sebagian salaf berkata “
Sungguh, aku sangat senang ketika malam datang karena kehidupanku akan terasa
nikmat serta perasaanku menjadi tentram dengan bermunajat kepada Allah,
menyendiri untuk mengabdi kepada-Nya dan merendahka diri dihadapan-Nya. Tatkala
fajar menyingsing, hatiku pun menjadi sedih karena waktu siang akan
melalaikanku dari semua itu.”
7. Membaca nash-nash yang menjanjikan
pahala dalam beramal shalih
Metode
Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah menghubungkan antara perintah dengan janji
pahala dan larangan dengan ancaman siksa. Mengingat-ingat pahala yang Allah
janikan bagi siapa saja yang mengerjakan amal shalih akan menjadikan setiap
kesulitan yang terdapat dalam amal tersebut terasa mudah. Bahkan kesulitan itu
akan berubah menjadi kenikmatan dan kelezatan.
8. Doa
Dari
Rifa’ah Az-Zurqa bahwa Nabi shalallaahu ‘alahi wa sallam ketika berlangsung
Perang Uhud berdoa sangat panjang. Diantara kata yang diucapkannya adalah “ Ya Allah, jadikanlah kami cinta pada
keimanan dan jadikanlah keimanan itu indah dalam hati. Ya Allah, jadikanlah
kami benci pada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Jadikan pula kami di
antara orang-orang yang mengikuti jalan lurus.”
Dari penjelasan diatas, kita telah
mampu mengetahui kualitas ibadah yang telah kita lakukan selama ini. Apakah
ibadah tersebut hanya sekedar ritual dan gerakan yang jauh dari makna ibadah
yang sebenarnya atau justru atas kehendak-Nya, kita telah jatuh hati pada
perkara kebaikan hingga kelezatan ibadah yang sulit didapatkan oleh orang lain
telah mampu kita rasakan. Semoga Allah selalu menjaga semangat setiap
hamba-Nya, menjauhkan kita dari kefuturan, yaitu perasaan malas dalam
mengerjakan ibadah. Futur adalah musuh ibadah, musuh ketaqwaan, musuh keimanan.
Lawanlah ia dengan usaha dan doa, bukan membiarkannya bersemayam dalam dirimu.
Fastabiqul Khairat!
Referensi : Sami bin Muhammad bin Jadullah 'Isham Hasanain dalam bukunya "Beramal Shalih Selezat Coklat" published by: gazzamedia
Komentar
Posting Komentar