Bismillah...
Di luar dugaan, sudah 17 hari aku menikmati waktu beraktivitas di rumah. Qadarallah semenjak corona diumumkan oleh WHO sebagai pandemi, berbagai aktivitas kini harus dikerjakan dari bilik rumah kita. Sampai urusan sholat berjama'ah di masjid pun ikut teralihkan. Betapa kesedihan mendalam terasa untuk hati yang merindukan Ramadhan, tak ingin bulan suci ini sepi dari hentakan kaki yang berjalan menuju rumah-rumah Allah. Tak ingin kubayangkan, Ramadhan akan dinikmati bersama pintu rumah yang tertutup dari suara bising jalanan.
.........
Di tengah pandemi covid-19, ternyata ini adalah waktu yang tepat untuk melanjutkan seri petualangan mimpi. Dan inilah lanjutan kisah yang aku sendiri bahkan tak sabar membacanya hingga selesai. Selamat membaca!
" Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Fitrah menangis. Kalian berdua berkelahi ya?"
Di luar dugaan, sudah 17 hari aku menikmati waktu beraktivitas di rumah. Qadarallah semenjak corona diumumkan oleh WHO sebagai pandemi, berbagai aktivitas kini harus dikerjakan dari bilik rumah kita. Sampai urusan sholat berjama'ah di masjid pun ikut teralihkan. Betapa kesedihan mendalam terasa untuk hati yang merindukan Ramadhan, tak ingin bulan suci ini sepi dari hentakan kaki yang berjalan menuju rumah-rumah Allah. Tak ingin kubayangkan, Ramadhan akan dinikmati bersama pintu rumah yang tertutup dari suara bising jalanan.
.........
Di tengah pandemi covid-19, ternyata ini adalah waktu yang tepat untuk melanjutkan seri petualangan mimpi. Dan inilah lanjutan kisah yang aku sendiri bahkan tak sabar membacanya hingga selesai. Selamat membaca!
***
Memang benar, ternyata fase SMP bagi Fitrah adalah #MasaAnakBaruGede. Catatan mimpi yang kutulis dengan apik harus tergores karna peristiwa itu. Untuk pertama kalinya, aku bertanya
"Apakah ini adalah waktu untuk berhenti dalam penaklukkan?"😭😭😭
.....................................................................................
Sepenggal pertanyaan muncul mengiri langkahku ke ruang Bimbingan Konseling. Siang itu, usai sholat dzuhur berjama'ah, terjadi perseteruan antara aku dan teman kelasku. Aku merasa terusik dengan apa yang ia lontarkan. Awalnya, aku santai saja menanggapinya, tapi semakin kudiamkan, dia justru semakin berulah. Telingaku mulai panas, aku tak terbiasa dengan perlakuan bullying sekalipun hanya melalui lisan. Aku membela diri dengan menanggapi ejekannya, tapi karna yang mengejekku ini anak laki-laki, ia malah mengepalkan tangannya seolah ingin memperlihatkan kekuatan.
Terus aku bagaimana? Jangan salah! Anak perempuan tak mau kalah... Gara-gara merasa terancam alias takut dipukul, aku pun mengambil sapu ijuk sebagai senjata perlindunganku (hehehe). Meski terlihat strong, nyatanya aku terlanjur baper dan senjata ampuh anak perempualah yang kukeluarkan, apa coba? Iya, nangis😣😣
Teman-temanku mulai panik, akhirnya mereka memanggil guru konselor sekolah. Di ruang konseling, guruku bertanya:
" Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Fitrah menangis. Kalian berdua berkelahi ya?"
Kami berdua tertunduk diam, tak menjawab pertanyaan. Akhirnya teman kelas yang menyaksikan pertengkaran kami pun ikut dipanggil agar memberi penjelasan.
Aku mulai panik, aku takut tanteku akan ditelpon oleh pihak sekolah. Tak bisa kubayangkan bagaimana raut wajah orang-orang terdekatku saat tahu aku masuk BK (Bimbingan Konseling), sebuah ruangan menakutkan yang tak ingin kuinjak sejak SD. Entah mengapa siang itu, aku membayangkan julukan siswa bandel akan segera melekat padaku.
"Apa setelah ini aku akan dipulangkan ke kampung Abah?"
" Ya Allah.. ini gimana ya, apa kata mama nantinya kalau dapat kabar aku berkelahi di sekolah"
" Ngak... Nggak boleh peristiwa ini sampai membuatku semakin jauh dari kelas yang kuimpikan"
Tapi, teman kelasku menjelaskan dengan detail bahwa aku samaskali tak memukulnya, justru sebaliknya akulah yang hampir dipukul oleh temanku itu gara-gara membela diri akibat ejekannya. Akhirnya, guru konseling kami menarik nafas panjang lalu memegang bahu siswa laki-laki tadi, dinasihatilah dia bahwa anak laki-laki tak boleh berbuat seperti itu kepada anak perempuan, memukul bukan berarti kita jadi jagoan dan hebat. Aku juga ikut dinasihati bahwa sekolah ini tempat belajar bukan untuk adu mulut. Cukup menyampaikan dengan suara lantang kepada teman yang mengganggu kita bahwa kita tidak suka diperlakukan seperti itu.
" Iya Pak, terima kasih" kataku. Temanku menyodorkan tangannya untuk meminta maaf " Maaf Fitrah, takkan kuulangi lagi". " Tapi Pak, apa kejadian hari ini akan berpengaruh terhadap nilaiku?" tanyaku sambil memperbaiki posisi kursi.
" Soal itu, kamu tahu aturan sekolah kan? Setiap siswa yang masuk di ruangan ini berarti namanya telah tercatat di buku itu (sambil menunjuk buku kasus harian siswa). Jadi.......... Bapak sarankan usahamu harus lebih extra daripada sebelumnya Fitrah"
.
.
Harus apa lagi, belajar dengan cara 'banting buku' pun kulakukan. Yang membuatku bahagia saat di fase ini adalah nilai bahasa Arabku sedikit lebih baik daripada sebelumnya. Kenangan itu benar-benar mengharukan (aduh mataku berkaca-kaca mengetik kalimat ini). Iya aku serius, tak bisa kupercaya Fitrah di fase ini, waktu bermainnya harus tertunduk pada nyali belajarnya.
Samaskali tak pernah ada paksaan dari tanteku untuk belajar sekeras itu, mama apa lagi. Mama orangnya asal anaknya tahu plan dia mau raih apa ya sudah pasti kamu tahu cara mengucapkan selamat datang pada pressure dan bagaimana menanganinya. Sebab, kamu yang membangun dirimu sendiri. Mama ya tinggal dorong dari belakang, membantu memenuhi fasilitas belajar, dan tentu kuatkan usaha anaknya dengan doa yang melambung tinggi.
Tapi kuakui, motivasi belajarku memang karna orang tua pada saat itu. Aku tak sedewasa itulah, belum baligh udah ngerti aja sama yang namanya perjuangan hehe.
***
LALU, SEMESTER GENAP DI KELAS VII HASILNYA APA?
Alhamdulillah aku berhasil meruntuhkan tembok ketakutakunku.... Karna masuk peringkat 3 besar di kelas, dan namaku masuk 15 besar dengan nilai tertinggi di sekolah akhirnya taraaaaa dapat kursi di kelas VIII-1. Sekolahku punya penegasan untuk mempertahankan posisi masing-masing, kalau nilai kamu rendah dan ternyata siswa kelas lain ada yang nilainya lebih tinggi saat semester berikutnya maka dengan terpaksa kamu harus pindah ke kelas dengan rating yang sesuai dengan nilaimu. Jadi, sistemnya rolling gitu dan itu tergantung dari sikap dan cara belajarmu.
Dan emang beneran ada siswa yang harus tergeser dari kelas kita, aku ingat sekali kita sering nangis kalau tiba-tiba ada teman yang namanya diumumkan harus pindah kelas. Makin sedih saat sekelompok genk OVJ yang suka ngelawak di kelas kita harus turun kelas (bukan tinggal kelas ya) gara-gara siswa kelas lain ada yang lebih tinggi dari nilai mereka berlima. Selama di kelas IX, 90% dari kita alhamdulillah akhirnya mampu bertahan.
Masa Putih-Biru menyimpan berbagai kisah untukku, kalau ingin menceritakannya secara detail butuh 2 part lagi. Mulai dari bertemu dengan anak-anak jilbab besar sekolah lain, kisah temanku yang namanya sebutin nggak ya wkwwk (takut dibaca sama teman-teman SMP, ntar kalau ketemu malu-malu kucing😅😅), guru idola kita yang ngajarnya mantul abiesss, dan lainnya. Namun, aku harus bilang fase usia 13-15 tahun adalah waktu termanis yang hari ini memoriku terus terpacu padanya.
Hai bangunan yang entah sekarang kamu sudah berwarna apa, aku mau bilang terima kasih untuk setiap memoir perjalanan kita. Ada makna yang tak bisa dimaknai dengan kata, ada hati yang sedang ingin berbicara kepadamu, namun cukup rasa ini yang mewakili dan tulisan ini telah menggambarkanmu.
Betapa, Allah menjadikannya pintu untuk membuka ruang kesadaran. Bahwa aku sekedar tertarik biologi, bukan menyukainya. Aku hanya simpati pada profesi dokter, bukan menaruh hati padanya. Aku ternyata tak pandai menggambar, hanya pandai memainkan kata.
Aku bisa berhitung, tapi bukan untuk menggilai matematika. Ternyata, #MasaAnakBaruGede mengenalkanku pada ruang sosial dan ruang baca. Percaya diri ikut seleksi untuk mengikuti Olimpiade Biologi saat kelas VIII, eh tau-tau ketika Ibu Silvi bilang " Fitrah pindah sini, tes seleksi Olimpiade bidang IPS saja ya. Kan di kelas, lebih bisa itu?. Hasil seleksi Biologinya gagal pasti".
"APA?! BAGAIMANA BISA soal seleksi Olimpiadenya terjawab olehku?!!!!"
Ahh.. masyaa Allah mau peluk Ibu Silvi sekarang kalau ingat itu, ternyata beliau benar. Sejak saat itu, haluanku berbeda. Saat dimana aku tahu, keinginan masa kecil yang aku pupuk untuk menjadi seorang dokter bukanlah cita-cita.
Lantas, Perjalanan Menuju Mimpi (A Journey to A Dream) apa masih berlanjut? Of Course! #MasaRemajaPemberani pun dimulai di seragam putih abu-abu.
BERANI MELAKUKAN APA?
Mohon bersabar, kuceritakan nanti setelah rentetan target yang lain selesai.
Terima kasih teman-teman telah membaca bagian terakhir dari #MasaAnakBaruGede
Aku sangat berharap ada sedikit ibroh (pelajaran) yang membantu menyelami hari-harimu. Jazakumullah khayr atas do'a yang kamu lambungkan agar aku istiqomah menulis.
Kamu juga, istiqomah membaca agar lanjut menuangkan bait katamu dalam tulisan ya.
-Aku yang berharap kita sama-sama jadi orang lebih baik aamiin-
12.45 WITA
Keep inspiring kak👍
BalasHapusMasyaa Allah.. Terima kasih Qalbi *hug
Hapus