Saat
ini, gairah keislaman semakin muncul ke permukaan. Semangat keislaman pun
semakin menemukan momentumnya. Info kajian-kajian Islam tersebar dimana-mana,
bermajelis ilmu juga bukan hal tabu lagi. Bahkan media sosial ataupun aplikasi messenger turut diramaikan dengan
berbagai aktivitas da’wah. Senada dengan hal itu, berpenampilan islami di
tempat-tempat umum tak lagi dirisihkan. Padahal jika dibandingankan dengan era
tahun 2000-an, orang-orang yang berpenampilan islami terkesan dicurigai atau
diintimidasi karena berpenampilan serupa dengan penampilan teroris (kata
mereka).
Sekarang, alhamdulillah kebenaran
semakin eksis di tengah-tengah masyarakat. Semua itu patut kita syukuri
mengingat maraknya stigma-stigma negatif terhadap Islam baik itu melalui
perantara media ataupun desas-desus yang dilontarkan oleh piha-pihak yang
memusuhi agama ini. Oleh karena itu, tak mengherankan akhir-akhir ini kita
disuguhkan berbagai macam perubahan. Tiba-tiba saja, sahabat dekat kita berubah
penampilannya, dari awalnya tak berhijab menjadi berhijab, dari jilbab yang
biasa-biasa saja kini jilbabnya menjulur ke bawah, dari yang apatis menjadi
peduli terhadap kondisi ummat, dari yang jahil menjadi berilmu, dan serentetan
perubahan-perubahan positif lainnya.
Para pegiat dunia hiburan pun tak
luput dari masalah ini, banyak artis beralih menjadi orang-orang yang lebih
disibukkan dengan perkara akhirat. Bahkan banyak yang beralih profesi
menjajakan pakaian atau busana muslim.Tak hanya sampai disitu, gerakan-gerakan
ataupun social project juga
menyinggung masalah keislaman. Seperti gerakan Indonesia Tanpa Pacaran, One Day
One Juz, Man Jadda Wa Jadda, Indonesia Menutup Aurat, dan lain-lain. Untuk
sebatas ini, sebenarnya tak ada hal yang perlu dirisaukan atau dikhawatirkan.
Toh, kita pun bersyukur dan merasa senang apabila pemandangan dan suasana di
sekeliling kita berubah menjadi semakin islami.
Namun….. seiring dengan meningkatnya
minat dan perhatian masyarakat terhadap dunia keislaman, ada hal yang harus
kita perhatikan. Benarkah perubahan kita bagian dari metamorfosa dari hamba
yang jahiliyah menjadi hamba yang berilmu? Benarkah penampilan kita saat ini
didasari dengan ilmu syar’i atau hanya karena trend? Apakah kita benar-benar serius berlari menuju Allah? Untuk
apa perubahan ini? Untuk siapa kita berubah?
Akhawatifillah, atas pertanyaan-pertanyaan
diataslah, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa dan bagaimana hijrah yang
sesungguhnya didalam Islam.
Apa itu Hijrah?
Apabila membahas masalah hijrah maka
terdapat dua maksud: (1) Hijrah hissi, yaitu berpindah tempat, yaitu berpindah
dari negeri kafir ke negeri Islam atau berpindah dari negeri yang banyak fitnah
ke negeri yang tidak banyak fitnah. Ini adalah hijrah yang disyari’atkan; (2) Hijrah
maknawi (dengan hati), yaitu berpindah dari maksiat dan segala apa yang Allah
larang menuju ketaatan.
Sedangkan,
hijrah dalam konteks kekinian bisa dikatakan sebagai sinonim taubat, yaitu
keadaan dimana seorang muslim atau muslimah bertaubat dari gaya hidupnya yang
biasa-biasa saja atau parahnya sekuler menjadi sosok yang lebih islami, dimulai
dari perubahan style pakaian, dari terbuka menjadi berhijab dan seterusnya
dengan mengikuti kajian-kajian islami. Bagi mereka yang Allah istimewakan
dengan hidayah-Nya maka hal tersebut telah Allah jelaskan dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa
kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS.
Al A’raaf: 153)
Siapa
Saja yang Mau Berhijrah…….
Siapa saja yang mau berhijrah, Allah
akan menerima hijrahnya.
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS.
Az Zumar: 53).
Hijrah
Untuk Siapa dan Untuk Apa?
Hijrah untuk
siapa dan untuk apa? Itu dia pertanyaan yang harus ditanyakan ke diri
masing-masing. Melalui hadits berikut, tanyakan pada nurani antum.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin
Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya
mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap
perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)
berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan
yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Diatas
sudah kita singgung bahwa penampilann islami kini mulai menjadi trend fashion,
untuk itulah mengapa kita bertanya tentang arah dan tujuan hijrah itu sendiri, Seperti
hijab sebagai suatu kewajiban memiliki maksud dan tujuan yang agung, yaitu
menutup aurat, identitas agama, dan melindungi diri. Maka jika kita renungkan kembali, hijab
seharusnya menjauhkan seorang wanita dari menarik perhatian publik, bukan malah
sebaliknya. Karena hijab itu melindungi maka ia menjauhkan bukan malah
mengundang.
***
Hidayah
sangatlah mahal, tidak semua orang bisa mendapatkannya, karena hidayah
datangnya dari Allah Ta’ala, hanya bagi mereka yang dikehendaki-Nya, untuk itu
istiqamahlah diatas jalan mulia ini, lupakan kehidupan lamamu dan orang-orang
yang hendak mengajakmu kembali kepadanya. Berikut firman Allah Ta’ala untukmu: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
“Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fusshilat/ 41 : 30)
Saudariku,
resapilah makna hijrahmu. Jangan sampai hidayah ini ternodai. Jika awalnya kita
berhijrah karena melihat trend di
media sosial maka luruskanlah niat kita detik ini. Hijrah itu bagian dari asas
perubahan, dari yang hina menjadi mulia, dari yang jahil menjadi berilmu, dari
yang biasa-biasa menjadi luar biasa. Tinggalkan olehmu rayuan-rayuan dunia yang
fana ini, sempurnakan hijrah kita dengan menjaga diri baik di dunia nyata
apalagi sampai memposting gambar diri kita di media sosial. Apalah arti ribuan like jika hakikatnya hal tersebut
mencederai hakikat hijrah yang sudah susah payah kita lakukan itu. Selamat
berjuang, tegarlah diatas jalan ini. Wallahu ‘alam.
Komentar
Posting Komentar