Langsung ke konten utama

AJARI AKU MENCINTAI AMANAH






Memilih menjadi seorang aktivis akan menuntut dirimu untuk mengorbankan hal-hal yang bersifat pribadi. Walau jadwalmu dipenuhi serentetan aktivitas yang menyibukkan, kamu harus mampu mengurus waktumu sendiri. Harus punya skala prioritas dan manajemen waktu yang baik!. Tidak ada zona nyaman disini, karena bekerja pada dunia seperti ini tentunya melelahkan.Terkadang kita mungkin merasa iri dengan aktivitas orang lain yang biasa-biasa saja karena mereka dapat tidur dengan waktu yang normal.
                Ajari Aku Mencintai Amanah adalah judul yang terinspirasi dari nasihat seseorang. Saat itu, banyak hal yang beliau sampaikan kepada kami, mengingatkan bagaimana perjuangan Rasulullah shalallaahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat dalam menyebarkan ajaran Islam. Betapa banyak shiroh yang bercerita tentang ketangguhan mereka hingga pedang yang  sudah ada di depan mata mereka tak sedikitpun menciutkan nyalinya dalam membela dienul Islam.
                Saya tertunduk malu saat beliau mengatakan “Sebenarnya tanpa diingatkan, jika kita mencintai amanah ini seperti cintanya Rasulullah terhadap ummatnya, cintanya para shalafusshalih terhadap manhaj ini maka kita akan berlomba-lomba untuk bergerak”.
                Lantas bagaimana dengan aktivis di zaman sekarang? Benarkah ia mencintai posisinya saat ini? Ataukah memang benar, berorganisasi itu ajang untuk mencari popularitas semata. Mengumpulkan jejaring sosial sebagai bekal masa depan. Terkadang, justru kita sangat ingin tampil di depan umum, memperlihatkan bagaimana kelihaian seorang aktivis dalam beretorika. Lupa, bahwa ia ada di tempat itu atas dasar izin Allah.
                Seiring berjalannya waktu, misi idealisme kita untuk menghidupkan pergerakan ternyata kian hari makin redup. Awalnya bersemangat, pertengahan menciut, hingga akhirnya mereka menghilang tanpa sepatah kata apapun. Mungkin, kita tak layak disebut sebagai seorang pemimpin. Bagaimana mungkin seorang pemimpin mendzalimi pemimpinnya sendiri? Saya yakin antum paham bagaimana perasaan seorang pemimpin yang kehilangan anggotanya satu per satu.




“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat jahil, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyirikin laki-aki dan perempuan; sehingga Allah menerima taubat orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 72-73)

                Amanah itu bukan sekedar tawaran tanpa makna tentu saja. Tawaran itu mengandung dua akibat; pahala jika amanah itu ditunaikan dengan baik, dan siksa jika amanah itu disia-siakan. Oleh karena itu, semua makhluk-makhluk Allah itu enggan menerimanya. Manusia lah kemudian yang memikul amanah tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ribuan Manusia Menuju Kemana?

Assalamu’alaykum…  apa kabar? Senang sekali Fitrah bisa kembali berbagi cerita lagi. Sebenarnya banyak kejadian menarik yang harusnya aku ceritakan di blog. Tetapi, begitulah manusia terkadang rasa malas untuk menulis muncul saat serentetan aktivitas juga menghampiri. Cielah, sok sibuk banget ya…..                 Baiklah, kira-kira Fitrah akan menuliskan apa ya dengan judul seperti diatas? Pertama-tama aku ingin mengingatkan bahwa kalian harus bersyukur jika di sela-sela kesibukanmu yang begitu padat, kamu tetap menomor satukan panggilan Allah Subhana Wa Ta’ala, bukan menunda atau malah mengabaikan panggilan itu. Terkadang, ada loh orang yang memilih untuk sholat di akhir waktu. Ya, kataku sih mungkin prioritas dia berbeda dengan orang-orang yang tetap mengedepankan kewajibannya sebagai ummat muslim. Toh, semua yang ada pada diri kita ini adalah dari Allah. ****       ...